Jakarta dengan segala amin yang satu persatu akhirnya tercapai,
Mula Pebasket Sombong yang membawa kepalaKu tanggah dan lupa ini masih jauh dari apa-apa, di aku yang masih bukan siapa-siapa.
Lanjut rajut lewat Anaknya Belva, aku masih aku namun terlahir kembali dan diberi Asi di sepertiga malam jalanan Blok M dan Senopati.
Karir melejit ialah pertanda jeritan berbunyi sangsakala yang cipta kiamat kecil;
“percintaan, karir, tabungan, semua habis lebih cepat daripada satu batang rokok Marlboro.”
Lanjut bertahan menjadi serabutan, semua moment kukira nuzulul quran.
Dikejar waktu oleh Ayah, ekpektasi sendiri, juga beban yang kucipta sendiri tentang aku harus bisa jadi jembatan semua orang,
ternyata semua orang malah jadi jembatanKu haha sialan.
Waktu lebih jahat dari Tuhan, bangsat.
Di banyaknya hari yang kupakai menggambar syahwat, pola minum yang tuntun sekarat, dan ribuan doa yang teraminkan,
Tuhan malah kujilat.
2023
Aku lupa bahwa Tuhan tak pernah segan beri skakmat,
Di kuburan yang bantah teori belikat,
Rasa bersalah mati tanpa ditanya dulu malaikat,
sialnya, aku resmi menjadi pendosa paling khidmat,
sampai jumpa di hari kiamat atau perhitungan kita ke akhirat!
Bali
Segala panik tanpa hakikat,
Buat semua mimpi di depan mata sekedar lewat,
tanpa permisi, mimpi di pencakar langit harus mendadak diaborsi,
Menjadi VG Banda Neira yang comeback di pestapora, join salah satu brand alkohol di Syncronize, membuat band emo yang selalu jadi tujuan nomor satu semenjak SMA.
Kornea mata mendadak terkena cahaya,
Blur sesaat buat terdesak,
Bali datang yang katanya sebagai regu penyelamat,
Sialnya sampai hari ini, Aku masih merasa di skakmat,
oleh ayat-ayat, teman sejawat, juga diri yang mulai hilang hasrat.
Nyawa ambisi tinggal segaris jari,
Ayo, lusa kiamat!