sayasiapa
1 min readAug 18, 2020

Layaknya pria berseragam totol-totol yang tagih jatah di trunojoyo saat Ramadhan,

Tangannya dibawah tapi kuasa rasanya lebihi yang Esa.

Yang memberi serasa segelas adem sari saat dahaganya tak juga terobati,

Sialnya yang ia beli bukan adem sari melainkan pengantar batas sadar hingga hilang di dini hari.

Saat sadar,

Bulan sudah berganti, sisa beberapa tenda yang bahkan ibu jarinya pun tak berani.

Buta,

Sejak nafsu ambil alih, tubuhnya hilang kerangka,

Halalkan segala cara dengan tetap intimidasi yang sudah tak nyata,

Kebiri segala malu dari waktu yang sudah kadaluarsa.

Datang seolah berwibawa dengan tangan kanan pegang sekotak sutra,

Seolah semua bisa dibeli dan dibuka semudah cemilan kusuka,

Yang Tuan suka?

Tuan murka,

Tenda yang sekarang kau suka tak semanis malika,

Lalu diam-diam pinta salah satu tenda tuk kembali hirup udara yang ia anggap romantika.

Tolong tahan keroncongan,

Cukup untuk bekukan dan bukukan mereka yang tak ingin lagi disentuh otak yang isinya buah zakar,

Bajingan.

Kantong kosong tak mampu yang berbayar,

Teruslah lapar,

Sampai sentuhan yang kau idamkan disentuh izrail hingga bergetar,

Itu yang kau suka bukan?

Anjing,

Dasar maniak,

Beban mu seumur hidup,

Sampai anak-anak mu yang akan menjadi buku yang dipinjamkan ke semua teman-teman,

Atau tempat pulangmu yang akan disewakan karena kembali,

“Zakarmu tak sanggup berbayar”

Modal rupa serasa Nabi Yusuf,

Tumpahmu tak lebih ledakan destruktif,

Bicara mu adalah bonus di malam hari dari orderan fiktif.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

sayasiapa
sayasiapa

Written by sayasiapa

this is my pieces of silhouette

No responses yet

Write a response