Kita tak lebihnya genggaman pengantar tidur,
eratnya ialah halaman perkenalan sebelumnya lelap,
lalu beberapa urat mulai munculkan batang warnanya,
entah masalah yang mulai mati rasa karena kesemutan,
atau kurang tidur karena kita terlalu asik bermain tebak letak tahi lalat.
Setelah itu genggam tak lagi kuat,
Telapak kita kepayahan melawan hal yang buat kita nyaman,
sedangan nyaman mulai kepayahan melawan kita yang masih bertanya-tanya,
“sampai kapan, sampai kapan, kapan sampai,”
hingga akhirnya genggam terlepas,
kau hadap kanan,
aku hadap kiri,
aku egois tarik selimut,
dan kau berubah ekspresi sedikit mengkerut.
terbangun dengan igauan minta peluk,
kita baru ingat,
suasana ini ialah masa dimana genggam pertama saat bunga tidur belum siap siap,
sialnya,
kita juga yang tak pernah siap,
untuk kembali tidur,
atau bangun dengan tubuh berurat.
Berujung di setiap “kalo aja” yang belum juga temu halaman terakhirnya.
haha
sayangnya kita sama-sama jadi gila.