Datang tuk sembuhkan,
Pasang badan serasa dermawan.
Di kata pengantar ia tetes kan anti depresan,
Lalu adegan rangkum rekam di genggam yang tak lagi angan-angan.
Kanvas akhirnya putih, setelah semua tinta yang jatuh, ia kembali di cat polos tuk temu pulih.
Tuan yang awalnya bersih-bersih, akhirnya tumpah kan luka seakan paling fasih.
Pancing trauma yg dulu paling dibenci dan berakhir hitam putih.
Munafik!
Anjinggggggg aku,
Lepas kendali timbul kendala,
Puan bertanya, tuan buat cedera.
Gentayangi sadar, batin penuh dera di niat awal yang hanya ingin bersama.
Trauma terbit dengan langit yg tak kunjung reda,
Tuan terus basuh lewat hura-hura dan berulah tenggelam huru-hara.
Maaf tuk diri yang mungkin sama bajingan dengan mereka yg dulu ku anggap gila,
Maaf ibu, jika kau tau mungkin telapak kakimu sudah kau amputasi.
Maaf puan, tuk kembali buka jaitan yang bahkan belum temu bengawan.
Maaf aku bajingan,
Maaf aku arogan,
Maaf tuk menjadi binatang,
rasa bersalah seperti bercerita dan simpan semua keluh kesah.
Tapi sumpah, aku benar-benar tumpah dan tak ada niat tuk hancurkan rumah.
48 jam kurang afeksi berdiri,
Aku yang bedebah bunuh semua kemas di peti.
Anjing Deji!